
Penguatan Kapasitas Petani Lewat Sosialisasi Teknologi Padi di Tubo Sendana
MAJENE– Balai Penerapan Modernisasi Pertanian (BRMP) Sulawesi Barat menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Program Kerja Sama Kemitraan Tahun Anggaran 2025 dengan mengusung tema:
“Penerapan Inovasi Teknologi Budidaya Padi pada Lahan Salinitas dalam Mendukung Swasembada Pangan Berkelanjutan di Provinsi Sulawesi Barat.” Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Tubo Poang, Kecamatan Tubo Sendana, Kabupaten Majene. Turut hadir dalam kegiatan tersebut perwakilan Dinas Pertanian Kabupaten Majene, Staf Desa Tubo Sendana, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Tubo Sendana, Babinsa, serta Tim BRMP Sulawesi Barat, Kelompok Tani Nur sebagai petani pelaksana kegiatan dan 40 petani sekitar sebagai peserta sosialisasi. Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Dinas Pertanian Kabupaten Majene.
Dalam sambutannya, Kepala BRMP Sulawesi Barat, Repelita Kallo menegaskan bahwa pengelolaan lahan salinitas harus dilakukan secara serius dan berbasis pada data ilmiah. Permasalahan salinitas perlu dipahami secara mendalam sebelum penerapan teknologi dilakukan. Oleh karena itu, sebagai langkah awal, dilakukan pengambilan sampel tanah untuk dianalisis kandungan haranya, khususnya tingkat salinitas dan kadar kation natrium yang dapat dipertukarkan (exchangeable sodium).
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa setiap varietas padi memiliki kesesuaian dengan agroekosistem tertentu, seperti varietas untuk dataran tinggi, varietas tahan terhadap hama dan penyakit seperti tungro, blas, dan wereng, serta varietas yang toleran terhadap cekaman salinitas. Untuk lahan salinitas, Kementerian Pertanian telah merilis sejumlah varietas unggul, salah satunya adalah Biosalin.
Sementara itu, narasumber dari BRMP Sulawesi Barat, M.P. Sirappa, dalam paparannya menjelaskan bahwa lahan salinitas merupakan lahan dengan kandungan garam terlarut yang tinggi, sehingga berpotensi menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara signifikan. Kelebihan garam dalam tanah dapat merusak struktur tanah, menurunkan aerasi dan permeabilitas, serta menyebabkan kekeringan fisiologis akibat meningkatnya tekanan osmotik larutan tanah.
Lebih jauh, tingginya kandungan kation seperti Ca, Mg, dan Na, serta nilai Exchangeable Sodium Percentage (ESP) yang tinggi,membuat tanah menjadi padat, kering, dan sulit diolah. Untuk itu, pengelolaan lahan salin perlu dilakukan melalui pendekatan terpadu, antara lain: Penggunaan varietas padi toleran salinitas, seperti Biosalin 1, Aplikasi bahan amelioran, Pemberian bahan organik dan pemupukan berimbang, Pengelolaan air yang optimal, Pengaturan waktu tanam yang tepat, Edukasi dan pelatihan guna meningkatkan kesadaran petani terhadap teknik pengelolaan lahan salinitas secara efektif
Hal ini menjadi penting, mengingat salah satu penyebab terjadinya lahan salin adalah aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan.
Diskusi dalam kegiatan ini berlangsung aktif dan antusias. Para petani banyak mengajukan pertanyaan, menunjukkan kepedulian dan minat tinggi terhadap penerapan teknologi pada lahan yang mereka kelola. Sebagai penutup kegiatan, dilakukan penyerahan buku deskripsi varietas padi sebagai bahan informasi dan referensi bagi petani dalam memilih varietas yang sesuai dengan kondisi lahannya.