BSIP Sulbar Panen Jagung Tahan Kekeringan
MAMUJU- Kepala BSIP Sulawesi Barat, Repelita Kallo bersama Tim Kegiatan Produksi Benih Jagung Komposit dan Pengawas Benih Tanaman BPSBTPH Provinsi Sulawesi Barat melakukan panen kedua pada lokasi kegiatan produksi benih jagung di Desa Pokkang, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju. Panen dilakukan di lahan milik salah satu anggota KT Karya Bersama II (Hakung).
Kepala BSIP Sulawesi Barat pada kegiatan panen menyampaikan bahwa potensi pengembangan perbenihan jagung komposit Jakarin memiliki peluang dengan beberapa keunggulan yang dimiliki. Varietas Jakarin mempunyai adaptasi hasil yang stabil dan toleran pada kondisi cekaman kekeringan pada fase menjelang berbunga sampai panen. Juga adaptif pada kondisi nitrogen yang rendah, sehingga sangat cocok dikembangkan pada wilayah yang memiliki ketersediaan air rendah dan lahan yang kurang subur. Jakarin juga merupakan varietas yang memiliki ketahanan agak tahan terhadap penyakit bulai, hawar daun dan karat daun.
Keunggulan lainnya adalah harga benihnya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan harga benih jagung hibrida. Kepala BSIP Sulbar juga menyampaikan kepada petani agar nantinya pada saat melakukan panen supaya langsung memisahkan tongkol yang akan dijadikan sebagai calon benih dan yang bukan benih untuk mendapatkan calon benih bermutu dan mengefisienkan waktu. Pengawas Benih Tanaman BPSBTPH, Makmur, juga pada kegiatan panen menyampaikan bahwa jagung komposit Jakarin yang diproduksi BSIP Sulawesi Barat terbilang bagus karena dari hasil sampel yang diambil dan juga pengamatan di laboratorium didapatkan hasil yang masih tergolong murni di mana tidak ditemukan campuran varietas lain. Selain itu, juga tidak ditemukan penyakit tanaman yang berpotensi berpengaruh terhadap calon benih.
Jakarin merupakan salah satu varietas jagung komposit yang dihasilkan oleh Balai Pengujian Standar Instrumen (BPSI) Tanaman Serealia, Kementerian Pertanian tahun 2019. Berdasarkan deskripsi, varietas Jakarin yang memiliki umur sekitar 100 hari dengan potensi hasil 9,8 t/ha dan rata-rata hasil sekitar 8,15 t/ha, sehingga cukup potensial untuk dikembangkan, terutama pada lahan marjinal dengan ketersediaan air yang terbatas.