
Komitmen Capai Swasembada Pangan, Tim Gabungan Tuntaskan Survei Infrastruktur Irigasi di Mamasa
MAMASA-Tim Satgas Swasembada Pangan Sulawesi Barat melanjutkan kunjungan lapangan hari kedua untuk identifikasi dan verifikasi permasalahan irigasi di tiga Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Mamasa . Didampingi oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Sumarorong, PPL Kecamatan Mambi, dan Babinsa, tim mengunjungi lokasi-lokasi strategis untuk mengevaluasi kondisi infrastruktur irigasi yang mempengaruhi produktivitas pertanian setempat. Fokus utama kunjungan ini adalah melakukan survei dan identifikasi permasalahan irigasi dan menemukan solusi yang dapat mengatasi kerusakan irigasi demi mendukung program swasembada pangan.
Lokasi pertama yang dikunjungi adalah DI Liawan, yang terletak di kelurahan Sumarorong. Saat ini, saluran irigasi tidak berfungsi optimal akibat bendung tradisional yang dibuat masyarakat dengan menggunakan turap bambu dan terpal di hulu saluran untuk menaikkan elevasi muka air. Masyarakat setempat telah beberapa kali membuat bendung tradisional secara swadaya, namun tingginya debit air sungai terutama pada musim hujan menyebabkan bendung tradisional tersebut kembali jebol. Tim Satgas menilai bahwa perbaikan bendung tradisional secara permanen sangat dibutuhkan agar irigasi berfungsi secara optimal. Dengan irigasi yang optimal, Indeks Pertanaman (IP) di DI Liawan berpotensi meningkat dari IP2 menjadi IP3. Selain itu, luas layanan juga dapat mengairi sawah sekitar 55 ha (saat ini hanya mengairi 35 ha dengan IP2), sehingga ada penambahan luas layanan sekitar 20 ha.
Kunjungan berikutnya dilakukan di DI Banea, Desa Tadisi, Kecamatan Sumarorong. Saluran irigasi di wilayah ini juga tidak berfungsi optimal, sehingga sekitar 25 hektare sawah menjadi kering saat musim kemarau. Solusi alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan Irigasi Perpompaan (IRPOM) karena daerah tersebut diapit oleh dua buah sungai besar, yaitu Sungai Mamasa dan Sungai Sumarorong. Kondisi serupa ditemukan di DI Mambi, di mana bendung yang dibuat tidak berfungsi lagi saat ini karena aliran sungai Mambi berpindah menyebabkan air tidak mengalir dengan baik ke saluran irigasi. Akibatnya, sekitar 50 hektar lahan sawah yang diairi tidak optimal, dan sekitar 20 ha diantaranya rentan mengalami kekeringan pada musim kemarau. Masyarakat setempat bersama personil Kodim telah berinisiatif membuat bendung darurat secara swadaya, namun solusi sementara ini belum memadai karena permukaan air sungai yang rendah saat musim kemarau. Alternatif lain yang dapat dilakukan untuk dapat mengembalikan fungsi bendung kembali adalah melalui pengerukan sedimentasi di jalur bendung.
Dari hasil kunjungan ini, perbaikan infrastruktur irigasi secara menyeluruh perlu dilakukan agar dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan mendukung swasembada pangan di Kabupaten Mamasa. Tim juga mengapresiasi partisipasi aktif masyarakat dalam mencari solusi sementara, sekaligus mendorong kolaborasi untuk perbaikan jangka panjang.