Monitoring Pertumbuhan dan Roguing pada Fase Generatif
WONOMULYO-Karena sebagian besar penduduk Indonesia bergantung pada padi sebagai bahan pangan pokok mereka, pemerintah menganggap padi sebagai salah satu komoditas yang paling penting. Permintaan padi atau beras yang tinggi pasti sebanding dengan laju pertumbuhan penduduk, dan sebaliknya. Benih berkualitas harus memiliki kemampuan untuk mengecambah dalam kondisi yang optimal dan menghasilkan bibit dengan kualitas unggul yang mampu berkembang secara optimal di lingkungan yang suboptimal. Penilaian terhadap benih dilakukan melalui tiga faktor pokok, yakni integritas varietas, vitalitas benih, dan kadar kelembaban benih.
Benih berlabel yang menunjukkan daya tumbuh dan kemurnian yang tinggi dianggap berkualitas. Mutu fisik, genetik, dan fisiologis adalah tiga kualitas yang membedakan kualitas benih. Mutu yang terkait dengan daya kecambah dan viabilitas dikenal sebagai mutu fisiologis. Kualitas genetik merupakan atribut yang terkait dengan akurasi klasifikasi jenis dan variasi, yang dapat dinilai melalui tingkat homogenitas perpaduan dengan jenis atau variasi alternatif. Kualitas genetik ini memastikan bahwa sifat inheren dapat dikomunikasikan, dipertahankan, dan diturunkan ke generasi berikutnya.
Benih dapat dipertahankan kemurnian genetiknya melalui tanaman induk. Pemeliharaan mutu genetik dipertanaman dilakukan melalui kegiatan roguing. Roguing merupakan proses eliminasi tanaman-tanaman (rogues) yang dianggap sebagai asal kontaminasi yang tidak diinginkan pada proses penyerbukan atau pencampuran fisik akibat kesamaannya. Tanaman rogues ini dapat berasal dari tanaman volunteer, varietas lain, tipe simpang, atau juga dari keberadaan penyakit yang terbawa oleh benih. Tim perbenihan BSIP Sulbar bersama Penanggungjawab kegiatan Repelita Kallo, S.TP, M.Si melakukan roguing tahap III pada Kegiatan Produksi dan Diseminasi Benih Sumber Mendukung Swasembada Pangan yang didampingi oleh Pengawas Benih Tanaman dari UPTD BPSB Prov. Sulbar, Senin 24 Juni 2024. Seleksi III dilakukan pada saat menjelang pemasakan. Pada fase ini seleksi difokuskan pada pembuangan rumput pengganggu atau gulma, tipe simpang, dan campuran varietas lain (CVL) yang dapat dibedakan dari bentuk atau jenis malai, struktur padi, pigmen gabah, puncak malai, pigmen dan serat pada ekstremitas. Tujuan seleksi fase ini sama dengan fase lain, yaitu membersihkan tanaman dari Rogues yang dapat mengganggu tanaman padi serta untuk mempertahankan kemurnian benih. Jika seleksi ini dilakukan untuk benih bersertifikat dan hasil setelah fase masih terdapat tanaman rogues maka hasilnya adalah gagal.
Dengan melihat kondisi pertanaman padi yang baik, diharapkan dapat memperoleh benih padi terstandar dengan hasil optimal, sesuai target atau bahkan melebihi target kegiatan perbenihan padi 15 Ton SS.